Sofia Agnani - Distributor Tupperware Bandung

Jangan Pernah Takut Untuk Memulai
“Kini, saya dan suami bisa berpartner dan membangun impian kami bersama-sama. Saya sempat tidak percaya, saya yang dulu ibu rumah tangga, sekarang bisa memiliki tim besar & berhasil menjadi nomor 2 di Dunia. Jadi meskipun Anda hanya ibu rumah tangga dan sudah punya anak sekalipun, jangan pernah takut memulai perubahan yang baru. Kunci mewujudkan impian adalah komitmen dan keyakinan. Sekarang, saya ingin terus bisa menyukseskan banyak orang dan memberi manfaat kebahagiaan untuk sekeliling. “

Visual

Saya mengenal Tupperware dari ibu nafisah (Distributor pertama Tupperware dari Jakarta) di tahun 1991. Saya pun tertarik bergabung bersama Tupperware.

Awalnya minder, karena saya ini lulusan S1 kimia, ITB, tapi justru tidak bekerja dan hanya menjadi ibu rumah tangga saja. Tapi saya tetap positif dan ternyata justru teman-teman saya banyak yang bergabung ke Tupperware. Bagi saya banyak tantangan di Tupperware dan saya senang dengan tantangan tersebut.

Saya mulai menikmati berjalannya bisnis ini dan tepatnya tanggal 2 Oktober 1995 saya diangkat menjadi Distributor Tupperware Bandung. Kunci kesuksesan saya: Build People People will build the Business. Ya, jika ingin berhasil, kita harus banyak menyukseskan orang lain. Prinsip itu terus saya pegang hingga sekarang.

Prinsip saya jangan pernah takut memulai dan jangan terlalu banyak mikir. Karena jika begitu Anda tidak akan pernah memulai. Dan Setelah memulai, Anda harus menunjukkan komitmen. Kalau punya impian harus yakin dengan impian itu dan membuatnya jadi kenyataan. Jangan takut untuk belajar terus. Kunci lain dari kesuksesan adalah team work dan komunikasi.

Setelah menjalani bisnis ini, saya bisa memiliki kepuasan batin tersendiri yakni saya bisa banyak membantu orang-orang di sekeliling. Suami saya pun total mendukung saya dalam bisnis Tupperware ini. Bisa berpartner dengan suami, bagi saya merupakan impian yang menjadi kenyataan.

Saya ingin terus bisa mensukseskan banyak orang. Itulah motivasi saya, sehingga bisa terus bertahan sampai sekarang menghadapoi pasang surut kehidupan. Sebagai perempuan, kita tak selamanya didampingi suami atau anak. Paling tidak kita harus mandiri, jangan tergantung orang lain.